Kembali

Membangun Perdamaian melalui Kelas Inisiator Anak Muda Desa Damai di Poso

Ditulis : Admin

Kamis, 24 Oktober 2024

Poso - Wahid Foundation bekerja sama dengan LiBu Perempuan menyelenggarakan Kelas Inisiator Perdamaian (KIP) pada tanggal 23-24 Oktober 2024 di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Kegiatan ini diikuti oleh 25 anak muda dari lima Desa Damai di Kabupaten Poso, yaitu Desa Kilo, Malitu, Masani, Sepe, dan Tambarana.

 

KIP merupakan bagian dari program Desa Damai yang diinisiasi oleh Wahid Foundation dengan dukungan UN Women. Wahid Foundation menggandeng LiBu Perempuan dalam proses implementasinya di Kabupaten Poso sejak awal 2024.

 

Pada kegiatan ini, para peserta dibekali berbagai materi yang bertujuan membangun kapasitas mereka sebagai agen perdamaian di desa masing-masing. Salah satu materi utama yang disampaikan adalah 9 Nilai dan Prinsip Keutamaan Gus Dur yang menekankan pentingnya nilai-nilai pluralisme, toleransi, dan keadilan sosial sebagai fondasi dalam merawat perdamaian. Selain itu, materi mengenai Gender dan Konstruksi Sosial diberikan untuk membentuk pemahaman yang lebih inklusif terhadap peran perempuan dan kaum marginal dalam masyarakat. Sesi lain juga menekankan Penghargaan atas Keberagaman sebagai landasan dalam membangun kerukunan antar-warga.

 

“Mereka dibimbing untuk memetakan kekuatan lokal yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hidup komunitas mereka sekaligus memperkuat kohesi sosial. Dengan pelatihan ini, diharapkan para pemuda dapat berperan aktif dalam pembangunan perdamaian yang berkelanjutan di masing-masing Desa Damai,” tutur Community Development Officer Wahid Foundation, M. Zainal Fanani.

 

Menurut Fanani, kegiatan KIP ini didorong oleh analisis sosial yang telah dilakukan Wahid Foundation dan LiBu Perempuan di lima desa tersebut, di mana ditemukan bahwa kelompok pemuda memiliki peran ganda dalam pembangunan perdamaian.

 

"Di forum-forum kajian dan analisa sosial yang sudah dilakukan sebelumnya, khususnya di masing-masing desa tersebut, muncul isu tentang peran dan keterlibatan kelompok anak muda. Bahwa, peran teman-teman anak muda ini, di satu sisi bisa menjadi potensi damai, tapi di sisi lain juga sekaligus bisa menjadi potensi konflik dalam konteks pembangunan perdamaian," ungkap Fanani yang juga bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan ini.

 

Pandangan ini, menurutnya sejalan dengan hasil kajian bahwa anak muda memiliki energi besar yang bisa diarahkan ke dalam kegiatan positif yang membangun perdamaian, namun tanpa pembinaan yang tepat, mereka juga bisa menjadi pemicu ketegangan atau konflik.

 

“Inilah yang menjadi dasar pentingnya penyelenggaraan KIP, di mana anak-anak muda ini dilatih agar mampu berkontribusi positif dalam mengelola keberagaman dan konflik di desanya masing-masing,” terang Fanani.

 

Maya Safira, Program Manager LiBu Perempuan, menyatakan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pelatihan dua hari, tetapi merupakan awal dari proses panjang pembinaan bagi para peserta.

 

"Pasca kegiatan KIP ini, kami akan melanjutkan proses mentoring di masing-masing desa agar mereka yang sudah ikut kegiatan kali ini, bisa juga melakukan aksi-aksi konkret di masing-masing desanya. Jadi, tidak hanya berhenti di kegiatan dua hari ini saja," jelas Maya.

 

Menurutnya, pendekatan mentoring ini bertujuan memastikan bahwa para peserta dapat mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh selama KIP dan membawa perubahan nyata di desanya masing-masing. Mentoring juga akan difokuskan pada pengembangan proyek-proyek yang relevan dengan kebutuhan dan potensi lokal di setiap Desa Damai.

 

Diketahui, kelas ini menghadirkan pegiat literasi Kabupaten Poso, Agus Saleh Tampakatu, yang memberikan inspirasi bagi para peserta melalui ceritanya tentang gerakan-gerakan pemuda di Poso. Ia berbagi tentang bagaimana anak-anak muda di daerah tersebut berhasil memanfaatkan potensi yang ada di komunitas mereka untuk memberikan kontribusi positif dalam memperkuat kohesi sosial dan kemandirian berbasis komunitas. Agus mendorong peserta untuk melihat tantangan yang ada di desa mereka sebagai peluang untuk tumbuh dan memperbaiki kehidupan masyarakat dengan tindakan nyata.

 

Selain Agus, kegiatan yang difasilitasi oleh dua tokoh muda, Edy Aqdiwijaya dan Davida Ruston Khusen, juga memberikan bimbingan intensif kepada para peserta dalam memahami konsep-konsep perdamaian serta mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Kombinasi pembelajaran teoritis dan cerita inspiratif ini diharapkan dapat memicu semangat anak muda di Poso untuk menjadi inisiator perdamaian yang tangguh dan berdampak.

Bagikan Artikel: