Kembali

Mendorong Kebijakan Inklusif untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia

Ditulis : Admin

Jumat, 30 Agustus 2024

Ende - Dalam rangka mendorong peningkatan kualitas pendidikan di wilayah-wilayah tertinggal, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui program Klub Berkawan menyelenggarakan Forum Pemimpin Muda Cendekia bertajuk “Gotong Royong Membangun Pendidikan Berkualitas” pada Senin (26/8/2024) di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).

 

Plh. Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Siti Kholisoh saat menjadi pembicara dalam forum tersebut memaparkan lima permasalahan utama yang dihadapi pendidikan di Indonesia, yang juga sangat relevan dengan situasi di NTT.

 

“Terdapat penurunan signifikan dalam Angka Partisipasi Kasar (APK) di setiap level pendidikan, yang mengindikasikan bahwa akses dan partisipasi dalam pendidikan belum merata di seluruh Indonesia,” kata Siti Kholisoh.

 

Ia juga menggarisbawahi bahwa neoliberalisasi pendidikan telah menyebabkan pemerintah berperan lebih sebagai fasilitator dan regulator, berfokus pada standar penilaian seperti akreditasi, sementara penyediaan fasilitas pendidikan masih kurang.

 

“Kesejahteraan tenaga pendidik yang tidak merata berdampak besar pada kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa,” tuturnya.

 

Siti Kholisoh melanjutkan bahwa tantangan pendidikan yang dihadapi oleh masyarakat di NTT adalah akses pendidikan seringkali terhambat oleh kondisi geografis yang sulit dan sarana transportasi yang tidak memadai.

 

“Kekurangan tenaga pendidik dan distribusi yang tidak merata semakin memperburuk situasi, sementara ketersediaan sumber daya dan materi ajar, seperti buku dan alat pembelajaran, masih minim,” ujarnya.

 

Ia juga mencatat bahwa kualitas infrastruktur sekolah di beberapa tempat belum mencukupi, dan tingkat putus sekolah yang tinggi membutuhkan perhatian khusus. “Keragaman bahasa daerah di NTT menambah kompleksitas dalam proses pengajaran dan pembelajaran,” tambahnya.

 

Dalam merespons tantangan ini, Siti Kholisoh mengusulkan beberapa strategi penting. Ia mendorong agar pemerintah daerah perlu mendorong kebijakan pertukaran pelajar antar daerah di NTT untuk mengatasi kesenjangan dan distribusi tenaga pendidik.

 

Selain itu, ia menekankan perlunya melibatkan semua stakeholder pendidikan dalam pengambilan keputusan dan mendorong kontribusi aktif anak muda dalam menyuarakan aspirasi inovatif. 

 

“Ruang belajar berbasis komunitas, termasuk lembaga adat, harus diaktifkan sebagai sumber pembelajaran. Selain itu, perlu penguatan kapasitas stakeholder pendidikan melalui kolaborasi multi-pihak untuk mengatasi keterbatasan yang ada,” ungkapnya.

 

Diketahui, acara tersebut dihadiri oleh 100 peserta yang berasal dari berbagai komunitas pemuda yang ada di Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Acara dimulai dengan menyanyikan lagu "Indonesia Raya," kemudian mendengarkan sambutan dari Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ende, Asisten Deputi Kepemimpinan Pemuda, serta Deputi Bidang Pengembangan Pemuda, Kemenpora. Di akhir acara para peserta diajak berdiskusi dalam ruang aspirasi kepemudaan dan menyusun rekomendasi kebijakan. (ZA)

Bagikan Artikel: