Kembali

Aksi Kolektif Perempuan Desa Damai Banyuwangi Pulihkan Lahan Bekas Tambang Jadi Ruang Hijau

Ditulis : Admin

Selasa, 8 Juli 2025

Banyuwangi Upaya memperkuat ketahanan masyarakat desa terhadap dampak perubahan iklim terus digalakkan. Wahid Foundation, dengan dukungan Pemerintah Denmark menggelar ruang edukatif dan aksi kolektif bertajuk Penanaman Lahan Wanatani dan Peluncuran Eco Space Desa Damai Tangguh Perubahan Iklim, Selasa (8/7), di Desa Bangsring, Kabupaten Banyuwangi.

 

Yang menarik, kegiatan penanaman ini dilakukan di lahan bekas tambang pasir, sebagai bentuk nyata rehabilitasi ekologis sekaligus penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi krisis iklim. Peluncuran ini menjadi bagian dari Proyek WE CARE (Women Empowering Communities Against Rising Environmental Threats) yang menyasar enam desa di dua kabupaten, yakni Banyuwangi dan Sumenep. Program ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam menghadapi krisis iklim, terutama di kalangan kelompok rentan seperti perempuan, petani, dan pemuda yang bergantung pada sumber daya alam.

 

Turut hadir dalam rangkaian kegiatan ini H.E. Sten Frimodt Nielsen, Ambassador of Denmark to Indonesia, Timor-Leste, Papua New Guinea and ASEAN, Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid yang diwakili Managing Director Wahid Foundation Siti Kholisoh, serta Bupati Banyuwangi yang diwakili oleh Wakil Bupati Banyuwangi, Ir. H. Mujiono. Kehadiran para pemangku kepentingan ini menandai komitmen kolektif dalam mendorong pembangunan desa yang berkelanjutan dan inklusif.

 

Dalam sambutannya, Duta Besar Denmark H.E. Sten Frimodt Nielsen menyampaikan bahwa krisis iklim kini dirasakan di seluruh dunia dan membutuhkan respons yang menyeluruh dan inklusif.

 

“Kita harus memastikan bahwa semua upaya yang kita lakukan mencakup semua pihak, terutama perempuan. Krisis iklim telah memengaruhi kehidupan kita—dari gagal panen, banjir, hingga kerusakan lingkungan. Kami percaya bahwa solusi berbasis kearifan lokal sangat penting untuk menjawab tantangan ini secara efektif,” ujarnya.

 

Ia menegaskan bahwa, Pemerintah Denmark bangga dapat mendukung program yang memanfaatkan kearifan lokal seperti di Banyuwangi ini, di mana lahan-lahan tidak produktif diubah menjadi pertanian terpadu yang ramah lingkungan.

 

Sementara itu, Managing Director Wahid Foundation, Siti Kholisoh, menegaskan pentingnya peran perempuan dalam mewujudkan ketahanan iklim di tingkat desa.

 

“Melalui program Desa Damai, perempuan desa dapat menjadi aktor utama dalam menghadapi perubahan iklim. Salah satu aksi nyata kami adalah membangun harapan baru di tengah tekanan alih fungsi lahan pertanian akibat pertumbuhan penduduk,” katanya.

 

“Para perempuan ini adalah pahlawan pangan dan lingkungan. Kami ingin bersama mereka menciptakan ruang produktif di desa. Dukungan pemerintah menjadi kunci penting agar sinergi antara negara dan warga dalam menjaga lingkungan dapat terwujud,” imbuhnya.

 

Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas inisiatif ini dan menyebutnya sebagai langkah konkret dalam menghadapi tantangan perubahan iklim di tingkat lokal.

 

“Desa Damai Tangguh Perubahan Iklim adalah langkah nyata yang memberi dampak besar. Peluncuran ini tidak hanya membangun kesadaran, tetapi juga menumbuhkan semangat kolaborasi dan budaya damai, terutama bagi generasi muda di Banyuwangi,” ujarnya.

 

“Ketangguhan bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal solidaritas dan keterhubungan antarwarga.” tutup Mujiono.

 

Program WE CARE menunjukkan bagaimana pendekatan berbasis komunitas dan kearifan lokal, terutama dengan memberdayakan perempuan, mampu menciptakan ketahanan yang berkelanjutan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Peluncuran Eco Space dan penanaman lahan wanatani menjadi tonggak penting menuju masa depan desa yang tangguh, hijau, dan damai. (ZA)

Bagikan Artikel: